top of page

Jalan di dalam Harmoni - bab III | A Taste of Freedom

Updated: Jul 6, 2022


Gabungan dari dua ceramah yang diberikan di Inggris masing-masing pada tahun 1979 dan 1977.




Hari ini saya ingin bertanya kepada kalian semua: “apakah anda sudah yakin, apakah anda yakin dengan latihan meditasi anda?” Saya bertanya karena akhir-akhir ini ada banyak orang yang mengajarkan meditasi, baik bhikkhu maupun orang awam, dan saya khawatir anda mungkin menjadi bimbang dan ragu-ragu. Jika kita memahami dengan jelas, kita akan mampu membuat pikiran tenang dan kukuh. Anda harus memahami jalan utama berunsur delapan sebagai moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan. Jalan menyatu hanya sebagai ini. Latihan kita adalah untuk membuat jalan ini timbul di dalam diri kita. Saat duduk bermeditasi kita disuruh untuk memejamkan mata, tidak melihat ke hal lain, karena sekarang kita akan melihat secara langsung ke pikiran. Saat kita memejamkan mata kita, perhatian kita masuk ke dalam. Kita menetapkan perhatian kita pada napas, memusatkan perasaan kita di sana, menaruh perhatian penuh kita di sana. Ketika faktor-faktor jalan berada dalam harmoni kita akan mampu melihat napas, perasaan, pikiran dan objek mental sebagaimana mereka adanya. Di sini kita akan melihat “titik fokus”, di mana samādhi dan faktor-faktor lain dari jalan bertemu secara harmoni. Saat kita sedang duduk bermeditasi, mengikuti napas, pikirkan pada diri sendiri bahwa sekarang anda sedang duduk sendirian. Tidak ada orang yang duduk di sekitar anda, tidak ada apa pun sama sekali. Kembangkan perasaan ini bahwa anda sedang duduk sendirian sampai pikiran melepaskan semua hal eksternal, berkonsentrasi hanya pada napas. Jika anda berpikir, “Orang ini duduk di sini, orang itu duduk di sana,” tidak ada ketenangan, pikiran tidak masuk ke dalam. Kesampingkan saja semua itu sampai anda merasa tidak ada seorang pun yang duduk di sekitar anda, sampai tidak ada apa-apa sama sekali, sampai anda tidak memiliki keraguan atau minat dengan lingkungan sekitar anda.


Biarkan napas berjalan secara alami, jangan paksakan menjadi pendek atau panjang atau apapun, duduk saja dan perhatikan ia masuk dan keluar. Ketika pikiran melepaskan semua kesan eksternal, suara mobil dan sebagainya tidak akan mengganggu anda. Tidak ada, baik penglihatan ataupun suara, akan mengganggu anda, karena pikiran tidak menerima mereka. Perhatian anda akan menyatu pada napas.


Jika pikiran bingung dan tidak mau berkonsentrasi pada napas, tarik napas panjang dan dalam-dalam, sedalam yang anda bisa, lalu keluarkan semuanya sampai tidak ada yang tersisa. Lakukan ini tiga kali kemudian bangun kembali perhatian anda. Pikiran akan menjadi tenang.


Sudah wajar baginya untuk menjadi tenang untuk sementara waktu, lalu kegelisahan dan kebingungan mungkin timbul lagi. Ketika ini terjadi, berkonsentrasilah, tarik napas dalam-dalam lagi, kemudian bangun kembali perhatian anda pada napas. Terus saja lakukan seperti ini. Ketika ini sudah terjadi berkali-kali anda akan menjadi mahir dengan hal ini. Pikiran akan melepaskan semua manifestasi eksternal. Kesan-kesan eksternal tidak akan mencapai pikiran. Sati akan berdiri dengan kukuh.


Saat pikiran menjadi lebih halus, demikian juga napas. Perasaan akan menjadi lebih halus dan lebih halus, tubuh dan pikiran akan menjadi ringan. Perhatian kita hanya pada bagian dalam, kita melihat napas masuk dan napas keluar dengan jelas, kita melihat semua kesan dengan jelas. Di sini kita akan melihat bersatunya moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan. Ini disebut jalan di dalam harmoni. Ketika ada harmoni ini pikiran kita akan bebas dari kebingungan, ia akan menyatu menjadi satu. Ini disebut samādhi.


Setelah memperhatikan napas untuk waktu yang lama, ia mungkin menjadi sangat halus; kesadaran terhadap napas secara bertahap akan berhenti, menyisakan hanya kesadaran saja. Napas bisa menjadi begitu halus ia menghilang! Mungkin kita “hanya duduk”, seolah-olah tidak ada pernapasan sama sekali. Sebenarnya ada pernapasan, tapi tampak seolah-olah tidak ada. Ini karena pikiran telah mencapai keadaan paling halusnya, hanya ada kesadaran saja. Ia telah melampaui napas. Pengetahuan bahwa napas telah menghilang menjadi terbentuk. Apa yang akan kita ambil sebagai objek meditasi kita sekarang? Kita mengambil hanya pengetahuan ini sebagai objek kita, yaitu, kesadaran bahwa tidak ada napas.


Hal-hal yang tidak terduga mungkin terjadi pada saat ini; beberapa orang mengalaminya, beberapa tidak. Jika mereka ada muncul, kita harus teguh dan memiliki perhatian penuh (sati) yang kuat. Beberapa orang melihat bahwa napas telah menghilang dan mereka ketakutan, mereka takut mereka akan mati. Di sini kita harus mengetahui situasinya sebagaimana adanya. Kita cukup memperhatikan bahwa tidak ada napas dan mengambil itu sebagai objek kesadaran kita.


Ini, bisa kita katakan, adalah jenis samādhi yang paling teguh dan paling pasti: hanya ada satu keadaan pikiran yang teguh dan tidak bergerak. Mungkin tubuh akan menjadi sangat ringan seolah-olah tidak ada tubuh sama sekali. Kita merasa seperti sedang duduk di ruang hampa, benar-benar hampa. Meskipun ini mungkin tampak sangat tidak biasa, anda harus mengerti bahwa tidak ada apa pun yang perlu dikhawatirkan. Bangun dengan kukuh pikiran anda seperti ini.


Ketika pikiran menyatu dengan kukuh, tidak memiliki kesan indra yang mengganggunya, seseorang bisa tinggal di dalam keadaan itu berapa pun lamanya. Tidak akan ada perasaan menyakitkan yang mengganggu kita. Ketika samādhi telah mencapai tingkat ini, kita bisa meninggalkannya kapan pun kita mau, tetapi bila kita keluar dari samādhi ini, kita melakukannya dengan nyaman, bukan karena kita menjadi bosan atau lelah. Kita keluar karena kita sudah merasa cukup untuk saat ini, kita merasa nyaman; kita tidak memiliki masalah sama sekali.


Jika kita bisa mengembangkan jenis samādhi ini, maka jika kita duduk, katakanlah, tiga puluh menit atau satu jam, pikiran akan menjadi teduh dan tenang selama berhari-hari. Saat pikiran teduh dan tenang seperti ini, ia bersih. Apa pun yang kita alami, pikiran akan mengambil dan menyelidikinya. Ini adalah hasil dari samādhi.


Moralitas memiliki satu fungsi, konsentrasi memiliki fungsi lain dan kebijaksanaan memiliki fungsi lain. Faktor-faktor ini seperti sebuah siklus. Kita bisa melihat mereka semua di dalam pikiran yang tenang. Ketika pikiran tenang, ia memiliki ketenangan dan pengendalian diri karena kebijaksanaan dan energi konsentrasi. Seiring ia menjadi lebih tenang ia menjadi lebih halus, yang pada gilirannya memberikan moralitas kekuatan untuk meningkat dalam kemurnian. Seiring moralitas kita menjadi semakin murni, ini akan membantu dalam pengembangan konsentrasi. Saat konsentrasi dibangun dengan kukuh ini membantu dalam munculnya kebijaksanaan. Moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan membantu satu sama lain, mereka saling terkait seperti ini.


Pada akhirnya jalan menjadi satu dan berfungsi setiap saat. Kita harus menjaga kekuatan yang timbul dari jalan, karena itu adalah kekuatan yang menuntun ke pandangan terang dan kebijaksanaan. Tentang Bahaya-Bahaya Samādhi


Samādhi mampu membawa banyak bahaya atau banyak manfaat kepada meditator. Anda tidak bisa mengatakan samādhi hanya membawa bahaya atau membawa manfaat saja. Bagi orang yang tidak memiliki kebijaksanaan ini berbahaya, tapi bagi orang yang memiliki kebijaksanaan ini bisa membawa manfaat yang nyata, ini bisa menuntun ke pandangan terang. Apa yang mungkin bisa berbahaya bagi meditator adalah penyerapan samādhi (jhāna), samādhi dengan ketenangan yang dalam dan berkelanjutan. Samādhi ini membawa ketenangan yang besar. Di mana ada ketenangan, di sana ada kebahagiaan. Ketika ada kebahagiaan, keterikatan dan kemelekatan pada kebahagiaan itu timbul. Meditator tidak ingin merenungkan hal lainnya, dia hanya ingin menikmati perasaan menyenangkan itu. Ketika kita telah berlatih untuk waktu yang lama kita mungkin menjadi mahir dalam memasuki samādhi ini dengan sangat cepat. Segera setelah kita mulai memperhatikan objek meditasi kita, pikiran memasuki ketenangan, dan kita tidak ingin keluar untuk menyelidiki apa pun. Kita hanya terpaku pada kebahagiaan itu saja. Ini adalah bahaya bagi seseorang yang berlatih meditasi. Kita harus menggunakan upacāra-samādhi: di sini, kita memasuki ketenangan kemudian, ketika pikiran sudah cukup tenang, kita keluar dan melihat ke aktivitas luar1. Melihat ke luar dengan pikiran yang tenang menimbulkan kebijaksanaan. Ini sulit untuk dipahami, karena ini hampir seperti pemikiran dan imajinasi biasa. Saat pemikiran ada di sana, kita mungkin berpikir bahwa pikiran tidak tenang, tetapi sebenarnya pemikiran itu terjadi di dalam ketenangan. Ada perenungan tapi tidak mengganggu ketenangan. Kita dapat menimbulkan pemikiran untuk merenungkannya. Di sini kita mengambil pemikiran untuk menyelidikinya, bukan berarti kita berpikir atau menebak-nebak tanpa tujuan; ini adalah sesuatu yang timbul dari pikiran yang tenang. Ini disebut “kesadaran di dalam ketenangan dan ketenangan di dalam kesadaran”. Jika itu hanya pemikiran dan imajinasi biasa, pikiran tidak akan tenang, ia akan terganggu. Tapi saya tidak berbicara tentang pemikiran biasa; ini adalah sebuah perasaan yang timbul dari pikiran yang tenang. Ini disebut “perenungan”. Kebijaksanaan lahir di sini. Jadi, bisa ada samādhi benar dan samādhi salah. Samādhi salah adalah di mana pikiran memasuki ketenangan dan tidak ada kesadaran sama sekali. Seseorang bisa duduk selama dua jam atau bahkan sepanjang hari tetapi pikiran tidak tahu ia ke mana saja atau apa yang terjadi. Ia tidak tahu apa-apa. Ada ketenangan, tapi itu saja. Ini seperti pisau yang diasah dengan tajam yang tidak kita hiraukan untuk kita gunakan. Ini adalah jenis ketenangan yang menyesatkan, karena tidak ada banyak kesadaran diri (sampajañña). Meditator mungkin berpikir bahwa dia sudah mencapai yang tertinggi, jadi dia tidak peduli untuk mencari hal lain. Samādhi bisa menjadi musuh pada tingkat ini. Kebijaksanaan tidak bisa timbul karena tidak ada kesadaran tentang benar dan salah. Dengan samādhi benar, tidak peduli tingkat ketenangan apa yang dicapai, ada kesadaran. Ada perhatian penuh (sati) dan pemahaman jelas (sampajañña). Ini adalah samādhi yang bisa menimbulkan kebijaksanaan, seseorang tidak bisa tersesat di dalamnya. Para praktisi harus memahami ini dengan baik. Anda tidak boleh tanpa kesadaran ini, kesadaran (sati-sampajañña) harus hadir dari awal hingga akhir. Samādhi jenis ini tidak berbahaya. Anda mungkin bertanya-tanya: di mana manfaat timbul, bagaimana kebijaksanaan timbul, dari samādhi? Ketika samādhi benar telah dikembangkan, kebijaksanaan mempunyai kesempatan untuk timbul di setiap waktu. Saat mata melihat bentuk, telinga mendengar suara, hidung mencium bau, lidah mengalami rasa, tubuh mengalami sentuhan atau pikiran mengalami kesan mental – di semua postur – pikiran tinggal dengan pengetahuan penuh tentang sifat sejati dari kesan-kesan indra tersebut, ia tidak mengikuti mereka. Ketika pikiran mempunyai kebijaksanaan ia tidak “mengambil dan memilih”. Dalam postur apa pun kita sepenuhnya menyadari kelahiran kebahagiaan dan ketakbahagiaan. Kita melepaskan kedua hal ini, kita tidak melekat. Ini disebut praktik benar, yang hadir dalam semua postur. Kata-kata “semua postur” ini tidak merujuk hanya pada postur jasmani, mereka merujuk pada pikiran, yang memiliki perhatian penuh (sati) dan pemahaman jelas (sampajañña) tentang kebenaran di setiap saat. Ketika samādhi telah dikembangkan dengan benar, kebijaksanaan timbul seperti ini. Ini disebut “pandangan terang”, pengetahuan tentang kebenaran. Ada dua jenis ketenangan – yang kasar dan yang halus. Ketenangan yang berasal dari samādhi adalah jenis yang kasar. Saat pikiran tenang, ada kebahagiaan. Pikiran kemudian mengambil kebahagiaan ini sebagai ketenangan. Tetapi kebahagiaan dan ketakbahagiaan adalah menjadi dan kelahiran2. Tidak ada jalan keluar dari saṃsāra di sini karena kita masih melekat pada mereka. Jadi kebahagiaan bukanlah ketenangan, ketenangan bukanlah kebahagiaan. Jenis ketenangan lain adalah ketenangan yang berasal dari kebijaksanaan. Di sini kita tidak salah mengartikan ketenangan dengan kebahagiaan; kita mengetahui pikiran yang merenungkan dan mengetahui kebahagiaan dan ketakbahagiaan sebagai ketenangan. Ketenangan yang timbul dari kebijaksanaan bukanlah kebahagiaan, tetapi adalah yang melihat kebenaran dari kebahagiaan dan ketakbahagiaan. Kemelekatan terhadap keadaan-keadaan tersebut tidak muncul, pikiran berdiri di atas mereka. Ini adalah tujuan sebenarnya dari semua praktik Buddhis.



Diterjemahkan oleh: Jayananda Gotama




1. Aktivitas luar mengacu pada segala macam kesan indra. Ini digunakan sebagai perbedaan dengan “ketakaktifan batin” dari penyerapan samādhi (jhāna), di mana pikiran tidak “keluar” ke kesan-kesan indra eksternal.


2. Paṭiccasamuppāda. Yang Mulia Ajahn menjelaskan tentang menjadi dan kelahiran pada bab IV - Jalan Tengah di Dalam Batin.


bottom of page