top of page

Konvensi dan Pembebasan - bab VII | A Taste of Freedom

Updated: Jul 9, 2022


Sebuah ceramah informal yang diberikan dalam dialek Timur Laut, dari kaset yang tidak dikenal.




Hal-hal di dunia ini hanyalah konvensi yang kita buat sendiri. Setelah menetapkan mereka kita tersesat di dalamnya, dan menolak untuk melepaskan, memunculkan kemelekatan terhadap pandangan dan opini pribadi. Kemelekatan ini tidak pernah berakhir, ini adalah saṃsāra, mengalir terus tanpa henti. Ia tidak memiliki penyelesaian. Sekarang, jika kita mengetahui kenyataan konvensi maka kita akan mengetahui pembebasan. Jika kita dengan jelas mengetahui pembebasan, maka kita akan mengetahui konvensi. Beginilah untuk mengetahui Dhamma. Di sini ada penyelesaian. Ambil orang, sebagai contoh. Pada kenyataannya orang tidak memiliki nama, kita dilahirkan telanjang ke dalam dunia. Nama kita muncul hanya melalui konvensi. Saya telah merenungkan ini dan melihat bahwa jika anda tidak mengetahui kebenaran konvensi ini, itu bisa sangat berbahaya. Itu hanya sesuatu yang kita gunakan untuk kemudahan. Tanpanya kita tidak bisa berkomunikasi, tidak akan ada yang bisa dikatakan, tidak ada bahasa. Saya telah melihat orang Barat saat mereka duduk bermeditasi bersama di Barat. Saat mereka bangun dari duduk, laki-laki dan perempuan bersama-sama, terkadang mereka menyentuh kepala satu sama lain!1 Ketika saya melihat ini saya berpikir, “Ehh, jika kita melekat pada konvensi, itu menimbulkan kekotoran batin tepat di sana.” Jika kita bisa melepaskan konvensi, meninggalkan opini kita, kita berada dalam damai. Seperti para jenderal dan kolonel, orang-orang yang berpangkat dan berkedudukan, yang datang menemui saya. Ketika mereka datang mereka berkata, “Oh, mohon sentuh kepalaku.”2 Jika mereka meminta seperti ini, tidak ada yang salah dengan itu; mereka senang kepala mereka disentuh. Tapi jika anda menepuk kepala mereka di tengah jalan, itu akan menjadi cerita yang berbeda! Ini karena kemelekatan. Jadi saya merasa bahwa melepaskan benar-benar adalah jalan menuju ketenangan. Menyentuh kepala bertentangan dengan adat kita, tapi pada kenyataannya itu bukan apa-apa. Ketika mereka setuju untuk disentuh, tidak ada yang salah dengan itu, sama seperti menyentuh kubis atau kentang. Menerima, meninggalkan, melepaskan – inilah jalan keringanan. Di mana saja anda melekat, ada menjadi dan kelahiran tepat di sana. Ada bahaya tepat di sana. Sang Buddha mengajarkan tentang konvensi dan Beliau mengajarkan untuk melepaskan konvensi dengan cara yang benar, dan dengan demikian mencapai pembebasan. Inilah kebebasan: tidak melekat pada konvensi. Semua hal di dunia ini mempunyai kenyataan konvensional. Setelah menetapkan mereka kita tidak boleh tertipu olehnya, karena tersesat di dalamnya benar-benar mengarah pada penderitaan. Poin mengenai aturan dan konvensi ini sangatlah penting. Seseorang yang dapat melampaui mereka berarti melampaui penderitaan. Namun, mereka adalah karakteristik dunia kita. Ambil bapak Boonmah, sebagai contoh; dia dulunya hanya salah satu dari kerumunan tapi sekarang dia diangkat menjadi Komisaris Distrik. Itu hanyalah sebuah konvensi tapi itu adalah konvensi yang harus kita hormati. Itu adalah bagian dari dunia manusia. Jika anda berpikir, “Oh, sebelumnya kita adalah teman, kita dulu bekerja di tempat penjahit bersama,” kemudian anda pergi dan menepuk kepalanya di depan umum, dia akan marah. Itu tidak benar, dia akan membencinya. Jadi kita harus mengikuti konvensi agar tidak menimbulkan kebencian. Ini berguna untuk memahami konvensi; hidup di dunia hanya tentang ini. Ketahui waktu dan tempat yang tepat, kenali orangnya. Kenapa salah untuk menentang konvensi? Itu salah karena orang! Anda harus pintar, mengetahui baik konvensi maupun pembebasan. Ketahui waktu yang tepat untuk masing-masing. Jika kita tahu bagaimana menggunakan aturan dan konvensi dengan nyaman maka kita terampil. Tetapi jika kita mencoba untuk berperilaku menurut tingkat kenyataan yang lebih tinggi dalam situasi yang salah, ini salah. Di mana salahnya? Itu salah dengan kekotoran batin manusia, di situlah! Semua orang mempunyai kekotoran batin. Dalam satu situasi kita berperilaku satu cara, dalam situasi lain kita harus berperilaku dengan cara lain. Kita harus mengetahui seluk-beluknya karena kita hidup dalam konvensi. Masalah terjadi karena orang melekat padanya. Jika kita menganggap sesuatu itu ada, maka itu ada. Itu ada karena kita menganggapnya ada. Tetapi jika anda melihat dengan saksama, sepenuhnya dalam akal sehat, hal-hal ini tidak benar-benar ada. Seperti yang sering saya katakan, sebelumnya kita adalah umat awam dan sekarang kita adalah bhikkhu. Kita hidup dalam konvensi “umat awam” dan sekarang kita hidup dalam konvensi “bhikkhu”. Kita adalah bhikkhu berdasarkan konvensi, bukan bhikkhu melalui pembebasan. Pada awalnya kita menetapkan konvensi seperti ini, tapi jika seseorang hanya ditahbiskan, ini tidak berarti dia mengatasi kekotoran batin. Jika kita mengambil segenggam pasir dan sepakat untuk menyebutnya garam, apakah itu membuatnya menjadi garam? Itu adalah garam, tapi hanya dalam nama, tidak dalam kenyataan. Anda tidak bisa menggunakannya untuk memasak. Penggunaannya hanya dalam lingkup kesepakatan itu, karena sesungguhnya tidak ada garam di sana, hanya pasir. Ia menjadi garam hanya melalui anggapan kita demikian. Kata “pembebasan” ini sendiri hanyalah sebuah konvensi, tetapi itu merujuk pada apa yang berada di luar konvensi. Setelah meraih kebebasan, setelah mencapai pembebasan, kita masih harus menggunakan konvensi untuk menyebutnya sebagai pembebasan. Jika kita tidak mempunyai konvesi kita tidak dapat berkomunikasi, jadi ini memang ada gunanya. Misalnya, orang mempunyai nama yang berbeda, tapi mereka semua sama adalah orang. Jika kita tidak mempunyai nama untuk membedakan satu sama lain, dan kita mau memanggil seseorang yang berdiri dalam kerumunan, mengatakan, “Hey, Orang! Orang!” tidak akan berguna. Anda tidak bisa mengatakan siapa yang akan menjawab anda karena mereka semua adalah “orang”. Tapi jika anda memanggil, “Hey, John!” maka John akan merespon, dan yang lain tidak. Nama hanya memenuhi keperluan ini. Melalui mereka kita bisa berkomunikasi; mereka menyediakan asas untuk perilaku sosial.

Jadi anda harus mengetahui baik konvensi maupun pembebasan. Konvensi memiliki guna, tapi pada kenyataannya tidak ada apa-apa di sana. Bahkan orang itu tidak ada. Mereka hanyalah kumpulan unsur-unsur, lahir dari kondisi sebab-akibat, tumbuh bergantung pada kondisi, hidup untuk sementara waktu kemudian menghilang secara alami. Tidak ada yang bisa melawan atau mengendalikannya. Tapi tanpa konvensi kita tidak akan memiliki apa-apa untuk dikatakan, kita tidak akan memiliki nama, tidak ada latihan, tidak ada pekerjaan. Aturan dan konvensi ditetapkan untuk memberikan kita bahasa, untuk membuat hal-hal mudah, dan hanya itu saja. Ambil uang, sebagai contoh. Pada zaman dulu tidak ada koin ataupun uang kertas, mereka tidak mempunyai nilai. Orang-orang biasanya menukar barang, tetapi barang-barang itu sulit disimpan, jadi mereka menciptakan uang, menggunakan koin dan uang kertas. Mungkin di masa depan kita akan mempunyai raja baru memutuskan bahwa kita tidak perlu menggunakan uang kertas, kita harus menggunakan lilin, melelehkannya dan menekannya menjadi gumpalan. Kita akan mengatakan ini adalah uang dan menggunakannya di seluruh negeri. Jangankan lilin, mereka mungkin bahkan memutuskan untuk menjadikan kotoran ayam sebagai mata uang lokal – semua hal lainnya tidak bisa menjadi uang, hanya kotoran ayam! Maka orang-orang akan berkelahi dan saling membunuh demi kotoran ayam! Beginilah adanya. Anda bisa menggunakan banyak contoh untuk menggambarkan konvensi. Apa yang kita gunakan untuk uang hanyalah sebuah konvensi yang telah kita tetapkan; ia memiliki kegunaannya di dalam konvensi itu. Setelah menetapkannya sebagai uang, ia menjadi uang. Namun pada kenyataannya, apa itu uang? Tidak ada yang bisa mengatakan. Ketika ada kesepakatan umum tentang sesuatu, maka sebuah konvensi muncul untuk memenuhi kebutuhan. Dunia hanyalah ini. Ini adalah konvensi, tetapi untuk membuat orang awam memahami pembebasan sangatlah sulit. Uang kita, rumah kita, keluarga kita, anak-anak kita dan kerabat kita hanyalah konvensi yang telah kita ciptakan, tapi sesungguhnya, dilihat dari sudut Dhamma, mereka bukan milik kita. Mungkin jika kita mendengar ini kita tidak merasa begitu enak, tetapi kenyataannya seperti itu. Hal-hal ini hanya memiliki nilai melalui konvensi yang ditetapkan. Jika kita menetapkan bahwa itu tidak memiliki nilai, maka itu tidak memiliki nilai. Jika kita menetapkan bahwa itu memiliki nilai, maka itu memiliki nilai. Beginilah adanya; kita membawa konvensi ke dalam dunia untuk memenuhi kebutuhan. Bahkan tubuh ini bukan benar-benar milik kita, kita hanya menganggapnya demikian. Itu benar-benar hanya sebuah asumsi di pihak kita. Jika anda mencoba untuk menemukan diri yang nyata dan substansial di dalamnya, anda tidak bisa. Yang ada hanyalah unsur-unsur yang lahir, berlangsung untuk sementara kemudian mati. Semuanya seperti ini. Tidak ada substansi yang nyata dan sejati padanya, tetapi sudah sepatutnya kita menggunakannya. Seperti cangkir. Pada suatu saat cangkir itu harus pecah, tapi selagi cangkir itu ada, anda harus menggunakannya dan merawatnya dengan baik. Itu adalah alat untuk anda gunakan. Jika rusak, ada masalah, jadi meskipun cangkir itu harus pecah, anda harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaganya. Jadi kita memiliki empat penunjang3 yang Sang Buddha ajarkan berulang kali untuk direnungkan. Mereka adalah penunjang yang menjadi sandaran seorang bhikkhu untuk melanjutkan latihannya. Selama anda hidup anda harus bergantung pada mereka, tapi anda harus memahami mereka. Jangan melekat pada mereka, menimbulkan keinginan di dalam pikiran anda. Konvensi dan pembebasan terus-menerus terkait seperti ini. Meskipun kita menggunakan konvensi, jangan percaya bahwa itu adalah kebenaran. Jika anda melekat padanya, penderitaan akan timbul. Masalah benar dan salah adalah contoh yang baik. Beberapa orang melihat salah sebagai benar dan benar sebagai salah, tapi pada akhirnya siapa yang benar-benar tahu apa yang benar dan apa yang salah? Kita tidak tahu. Orang yang berbeda menetapkan konvensi yang berbeda mengenai apa yang benar dan apa yang salah, tapi Sang Buddha mengambil penderitaan sebagai pedomannya. Jika anda ingin berdebat tentang hal ini, tidak akan ada habisnya. Yang satu mengatakan “benar”, yang lain mengatakan “salah”. Yang satu mengatakan “salah”, yang lain mengatakan “benar”. Sebenarnya kita benar-benar tidak tahu benar dan salah sama sekali. Tapi pada tingkat yang praktis dan berguna kita bisa mengatakan bahwa benar adalah tidak menyakiti diri sendiri dan tidak menyakiti orang lain. Cara ini memenuhi tujuan yang berfaedah bagi kita.


Bagaimanapun juga, aturan, konvensi dan pembebasan hanyalah dhamma. Yang satu lebih tinggi dari yang lain, tetapi mereka berjalan berdampingan. Tidak mungkin kita bisa menjamin bahwa sesuatu pasti seperti ini atau seperti itu, jadi Sang Buddha mengatakan biarkan saja. Biarkan saja tidak pasti. Seberapa banyak anda menyukainya atau tidak menyukainya, anda harus memahaminya sebagai tidak pasti.


Terlepas dari waktu dan tempat, seluruh praktik Dhamma akan selesai di tempat di mana tidak ada apa-apa. Itu adalah tempat pelepasan, kekosongan, meletakkan beban. Ini adalah akhir. Ini bukan seperti orang yang berkata, “Kenapa bendera berkibar ditiup angin? Aku bilang itu karena angin.” Orang lain mengatakan itu karena bendera. Yang lain membalas itu karena angin. Tidak ada akhirnya pada hal ini! Sama halnya dengan teka-teki kuno, “Mana yang lebih dulu, ayam atau telur?” Tidak mungkin mencapai sebuah kesimpulan, ini hanyalah alam.


Semua hal ini yang kita katakan hanyalah konvensi, kita menetapkan mereka sendiri. Jika anda mengetahui hal-hal ini dengan kebijaksanaan maka anda akan mengetahui ketidakkekalan, penderitaan dan tiada-diri. Ini adalah pandangan yang mengarah pada kecerahan.


Melatih dan mengajari orang dengan tingkat pemahaman yang berbeda sangatlah sulit. Beberapa orang mempunyai ide-ide tertentu; anda memberi tahu mereka sesuatu dan mereka tidak mempercayai anda. Anda memberi tahu mereka yang sebenarnya dan mereka bilang itu tidak benar. “Aku benar, anda salah.” Tidak ada akhirnya pada hal ini.


Jika anda tidak melepaskan, akan ada penderitaan. Saya telah memberi tahu anda sebelumnya tentang empat orang yang pergi ke hutan. Mereka mendengar ayam berkokok, “Kak-ka-dehhhh!” Salah satu dari mereka bertanya-tanya, “Apakah itu ayam jantan atau ayam betina?” Tiga dari mereka sama-sama mengatakan, “Itu adalah ayam betina,” namun yang satu tidak setuju, dia bersikeras itu adalah ayam jantan. “Bagaimana bisa ayam betina berkokok seperti itu?” dia bertanya. Mereka membalas, “Yah, ia punya mulut, bukan?” Mereka berdebat dan berdebat sampai air mata jatuh, benar-benar menjadi kesal karenanya, tapi pada akhirnya mereka semua salah. Apakah anda mengatakan ayam betina atau ayam jantan, itu hanyalah nama. Kita menetapkan konvensi ini, mengatakan ayam jantan seperti ini, ayam betina seperti itu; ayam jantan berkokok seperti ini, ayam betina berkokok seperti itu, dan beginilah bagaimana kita terjebak dalam dunia! Ingatlah ini! Sebenarnya, jika anda hanya mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada ayam betina dan tidak ada ayam jantan, maka itu adalah akhirnya.


Dalam bidang kenyataan konvensional, satu sisi benar dan sisi lain salah, tetapi tidak akan pernah ada kesepakatan penuh. Berdebat sampai air mata jatuh tidak ada gunanya.


Sang Buddha mengajarkan untuk tidak melekat. Bagaimana kita berlatih ketidakmelekatan? Kita berlatih dengan melepaskan kemelekatan saja, tetapi ketidakmelekatan ini sangatlah sulit untuk dipahami. Dibutuhkan kebijaksanaan yang tajam untuk menyelidiki dan menembus ini, untuk benar-benar mencapai ketidakmelekatan.


Ketika anda memikirkannya, apakah orang bahagia atau sedih, puas atau tidak puas, tidak tergantung apakah mereka memiliki sedikit atau memiliki banyak – itu tergantung pada kebijaksanaan. Semua kesusahan dapat dilampaui hanya melalui kebijaksanaan, melalui melihat kebenaran hal-hal.


Jadi Sang Buddha menasihati kita untuk menyelidiki, untuk merenung. “Perenungan” ini berarti cukup dengan berusaha untuk memecahkan masalah ini dengan benar. Ini adalah latihan kita. Seperti kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian – itu adalah kejadian yang paling alami dan umum. Sang Buddha mengajarkan untuk merenungkan kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian, tetapi beberapa orang tidak memahami hal ini. “Apa yang harus direnungkan?” mereka bilang. Mereka lahir tetapi mereka tidak tahu kelahiran, mereka akan mati tetapi mereka tidak tahu kematian.


Seseorang yang menyelidiki hal-hal ini berulang kali akan melihat. Setelah melihat dia secara bertahap akan memecahkan masalahnya. Meskipun dia masih memiliki kemelekatan, jika dia memiliki kebijaksanaan dan melihat bahwa usia tua, penyakit dan kematian adalah jalan alam, dia akan mampu meringankan penderitaan. Kita mempelajari Dhamma hanya untuk ini: untuk menyembuhkan penderitaan.


Sebenarnya tidak banyak yang menjadi dasar Buddhisme, yang ada hanya kelahiran dan kematian penderitaan, dan ini yang Sang Buddha sebut kebenaran. Kelahiran adalah penderitaan, usia tua adalah penderitaan, penyakit adalah penderitaan dan kematian adalah penderitaan. Orang tidak melihat penderitaan ini sebagai kebenaran. Jika kita mengetahui kebenaran, maka kita mengetahui penderitaan.


Kebanggaan ini dalam opini pribadi, argumen-argumen ini, mereka tidak ada habisnya. Untuk membuat pikiran kita tenang, untuk menemukan ketenangan, kita harus merenungkan masa lalu, masa kini kita, dan hal-hal yang menanti kita, seperti kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian. Apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari diganggu oleh hal-hal ini? Meskipun kita mungkin masih memiliki sedikit kekhawatiran, jika kita menyelidiki sampai kita tahu menurut kebenaran, semua penderitaan akan mereda, karena kita tidak akan lagi melekat pada hal-hal.



Diterjemahkan oleh: Jayananda Gotama




1. Menyentuh kepala seseorang di Thailand biasanya dianggap sebagai penghinaan.


2. Dianggap keberuntungan di Thailand jika kepala disentuh oleh seorang bhikkhu yang sangat terhormat.


3. Empat penunjang – jubah, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan.

bottom of page