top of page

Meditasi - bab V | Living Dhamma

Updated: Apr 1, 2023


Ceramah diberikan di Hampstead Vihara, London, 1977


Para pencari kebajikan yang telah berkumpul di sini, mohon dengarkanlah dengan tenang. Mendengarkan Dhamma dengan tenang berarti mendengarkan dengan pikiran yang terpusat, memperhatikan pada apa yang kalian dengarkan kemudian melepaskan. Mendengarkan Dhamma mempunyai manfaat yang besar. Saat mendengarkan Dhamma kita didorong untuk secara teguh memantapkan tubuh dan pikiran dalam samādhi, karena itu adalah salah satu jenis praktik Dhamma. Pada zaman Sang Buddha, orang-orang mendengarkan ceramah Dhamma dengan sungguh-sungguh, dengan pikiran yang bercita-cita untuk mencapai pemahaman sejati, dan beberapa benar-benar menyadari Dhamma saat mendengarkan. Tempat ini sangat cocok untuk latihan meditasi. Setelah tinggal di sini beberapa malam, saya bisa melihat bahwa ini adalah tempat yang penting. Pada tingkat eksternal sudah tenang, yang tersisa hanyalah tingkat internal, hati dan pikiran kalian. Jadi saya minta kalian semua untuk berusaha memberikan perhatian. Mengapa kalian berkumpul di sini untuk berlatih meditasi? Itu karena hati dan pikiran kalian tidak memahami apa yang harus dipahami. Dengan kata lain, kalian tidak benar-benar tahu bagaimana hal-hal adanya, atau apa itu apa. Kalian tidak tahu apa yang salah dan apa yang benar, apa yang membawakan kalian penderitaan dan menyebabkan kalian ragu-ragu. Jadi, pertama-tama kalian harus membuat diri kalian tenang. Alasan kalian datang ke sini untuk mengembangkan ketenangan dan pengendalian diri adalah karena hati dan pikiran kalian tidak tenang. Pikiran kalian tidak tenang, tidak terkendali. Mereka digoyahkan oleh keraguan dan kegelisahan. Inilah kenapa kalian datang ke sini hari ini dan sekarang sedang mendengarkan Dhamma.


Saya ingin kalian berkonsentrasi dan mendengarkan dengan saksama pada apa yang saya katakan, dan saya mohon izin untuk berbicara terus terang karena begitulah saya. Mohon dimaklumi bahwa meskipun saya berbicara dengan cara yang tegas, saya melakukannya atas niat yang baik. Saya mohon maaf jika ada perkataan saya yang membuat kalian kesal, karena kebiasaan di Thailand dan yang di Barat tidaklah sama. Sebenarnya, berbicara dengan sedikit tegas ada baiknya karena itu membantu untuk membangkitkan orang-orang yang mungkin mengantuk atau lesu, dan daripada membangunkan diri mereka sendiri untuk mendengarkan Dhamma yang malah membuat diri mereka terhanyut menjadi puas diri, dan sebagai hasilnya tidak pernah mengerti apa-apa.


Meskipun mungkin kelihatannya ada banyak cara untuk berlatih, sebenarnya hanya ada satu. Seperti halnya pohon yang berbuah, mungkin saja untuk mendapatkan buah dengan cepat dengan cara menanam cangkokan, namun pohon tersebut tidak akan kuat atau tahan lama. Cara yang lain adalah dengan menanam pohon langsung dari biji, yang menghasilkan pohon yang kuat dan tahan. Latihan juga sama.


Ketika saya pertama kali mulai berlatih, saya kesulitan memahami ini. Selama saya masih tidak tahu apa itu apa, meditasi duduk benar-benar sebuah tugas yang berat, bahkan sesekali membuat saya menangis. Terkadang saya akan menargetkan terlalu tinggi, di lain waktu tidak cukup tinggi, tidak pernah menemukan titik keseimbangan. Berlatih dengan cara yang damai berarti menempatkan pikiran tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, tetapi pada titik keseimbangan,


Saya bisa melihat bahwa ini sangat membingungkan bagi kalian, datang dari tempat yang berbeda dan telah berlatih dengan cara yang berbeda dengan guru yang berbeda. Datang untuk berlatih di sini, kalian pasti diliputi dengan segala macam keraguan. Satu guru mengatakan kalian harus berlatih dengan satu cara, guru lain mengatakan kalian harus berlatih dengan cara yang lain. Kalian bertanya-tanya metode mana yang harus dipakai, ragu dengan inti latihan. Hasilnya adalah kebingungan. Ada begitu banyak guru dan begitu banyak ajaran sehingga tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana menyelaraskan latihan mereka. Akibatnya ada banyak keraguan dan ketakpastian.


Jadi kalian harus berusaha untuk tidak berpikir terlalu banyak. Jika kalian berpikir, maka lakukanlah dengan kesadaran. Namun sejauh ini pemikiran kalian sudah dilakukan tanpa kesadaran. Pertama-tama, kalian harus membuat pikiran kalian tenang. Di mana ada keadaan mengetahui di sana tidak perlu berpikir; kesadaran akan timbul sebagai gantinya, dan ini pada waktunya akan menjadi kebijaksanaan (paññā). Tetapi jenis pemikiran biasa bukanlah kebijaksanaan, itu hanyalah pengembaraan pikiran yang tanpa tujuan dan tanpa kesadaran, yang pasti menghasilkan kegelisahan. Ini bukanlah kebijaksaaan.


Pada tahap ini kalian tidak perlu berpikir. Kalian sudah melakukan banyak sekali pemikiran di rumah, bukan? Itu hanya mengacaukan hati. Kalian harus membangun kesadaran. Pemikiran yang obsesif bahkan bisa membuat kalian meneteskan air mata, coba saja. Tersesat dalam suatu rangkaian pemikiran tidak akan menuntun kalian ke kebenaran, itu bukanlah kebijaksanaan. Sang Buddha adalah orang yang sangat bijaksana, Beliau telah belajar bagaimana menghentikan pikiran. Dengan cara yang sama, kalian berlatih di sini untuk menghentikan pikiran dan dengan demikian sampai pada ketenangan. Jika kalian sudah tenang, tidak perlu lagi untuk berpikir, kebijaksanaan akan timbul sebagai gantinya.


Untuk bermeditasi, kalian tidak perlu berpikir lebih banyak selain bertekad bahwa saat ini adalah waktunya untuk melatih pikiran dan tidak ada yang lain. Jangan biarkan pikiran melesat ke kiri atau ke kanan, ke depan atau ke belakang, ke atas atau ke bawah. Satu-satunya tugas kita saat ini adalah berlatih perhatian penuh pada pernapasan (ānāpānasati). Pusatkan perhatian anda di kepala dan gerakkan ke bawah melalui tubuh sampai ke ujung kaki, lalu kembali naik ke puncak kepala. Arahkan kesadaran anda ke bawah ke seluruh tubuh, mengamati dengan kebijaksanaan. Kita melakukan ini untuk mendapatkan pemahaman awal tentang bagaimana tubuh ini adanya. Kemudian mulailah meditasi, perhatikan bahwa pada saat ini tugas anda satu-satunya adalah mengamati napas masuk dan napas keluar. Jangan paksakan napas menjadi lebih panjang atau lebih pendek dari biasanya, biarkan saja napas mengalir dengan mudah. Jangan berikan tekanan apa pun pada napas, sebaliknya biarkan napas mengalir dengan nyaman, melepaskan dengan setiap napas masuk dan napas keluar.


Anda harus mengerti bahwa anda melepaskan saat anda melakukan ini, tetapi tetap harus ada kesadaran. Anda harus mempertahankan kesadaran ini, membiarkan napas untuk masuk dan keluar dengan nyaman. Tidak perlu memaksakan napas, biarkan saja napas mengalir dengan mudah dan alami. Pertahankan tekad bahwa saat ini anda tidak mempunyai tugas ataupun tanggung jawab lain. Pemikiran mengenai apa yang akan terjadi, apa yang akan anda ketahui atau lihat selama meditasi mungkin timbul dari waktu ke waktu, tetapi begitu mereka timbul biarkan saja mereka berakhir dengan sendirinya, jangan terlalu mengkhawatirkan mereka.


Selama meditasi, tidak perlu memperhatikan kesan-kesan indra. Setiap kali pikiran dipengaruhi oleh rangsangan indra, di mana saja ada perasaan atau sensasi di dalam pikiran, lepaskan saja. Apakah sensasi itu baik atau buruk tidaklah penting. Tidak perlu memperhatikan apa pun mengenai sensasi itu, biarkan saja mereka berlalu dan kembalikan perhatian anda pada napas. Pertahankan kesadaran pada napas yang masuk dan keluar. Jangan menciptakan penderitaan karena napas yang terlalu panjang atau terlalu pendek, cukup amati napas tanpa mencoba untuk mengendalikan atau menekannya dengan cara apa pun. Dengan kata lain, jangan melekat. Biarkan napas berlanjut apa adanya, dan pikiran akan menjadi tenang. Saat anda melanjutkan meditasi, pikiran akan berangsur-angsur meletakkan hal-hal dan berhenti, napas menjadi semakin ringan dan semakin ringan sampai menjadi sangat samar seakan-akan napas tidak ada sama sekali. Tubuh dan pikiran akan terasa ringan dan berenergi. Yang akan tersisa hanyalah keadaan mengetahui yang terpusat pada satu titik. Anda bisa katakan bahwa pikiran telah berubah dan mencapai keadaan tenang.


Jika pikiran gelisah, bangunlah perhatian penuh (sati) dan tarik napas dalam-dalam sampai tidak ada lagi ruang yang tersisa untuk menyimpan udara, kemudian lepaskan semuanya sampai tidak ada yang tersisa. Ikuti ini dengan menarik napas dalam-dalam lagi sampai penuh, lalu lepaskan udaranya lagi. Lakukan ini dua atau tiga kali, kemudian bangun kembali konsentrasi. Pikiran seharusnya menjadi lebih tenang. Jika ada lagi kesan-kesan indra yang mengakibatkan kegelisahan di dalam pikiran, ulangi proses ini di setiap kejadian. Begitu juga dengan meditasi jalan. Jika saat berjalan, pikiran menjadi gelisah, berhenti diam, tenangkan pikiran, bangun kembali kesadaran dengan objek meditasi kemudian lanjutkan berjalan. Meditasi duduk dan berjalan pada dasarnya sama, berbeda hanya dari segi postur fisik yang digunakan.


Terkadang mungkin ada keraguan, jadi anda harus memiliki sati, untuk menjadi yang tahu, terus-menerus mengikuti dan memeriksa pikiran yang gelisah dalam bentuk apa pun itu. Inilah yang disebut memiliki sati. Sati mengawasi dan menjaga pikiran. Anda harus mempertahankan keadaan mengetahui ini dan tidak lengah atau tersesat berkeliaran, tidak peduli pikiran dalam kondisi apa.


Kuncinya adalah dengan membiarkan sati mengambil kendali dan mengawasi pikiran. Setelah pikiran bersatu dengan sati, suatu jenis kesadaran baru akan muncul. Pikiran yang telah mengembangkan ketenangan dikendalikan oleh ketenangan itu, seperti seekor ayam yang dikurung di dalam kandang; ayam tersebut tidak bisa berkeliaran di luar, tetapi masih bisa bergerak di dalam kandang. Ayam yang berjalan ke sana kemari tidak membuatnya berada dalam masalah karena ayam itu ditahan oleh kandang. Demikian juga kesadaran yang berlangsung ketika pikiran memiliki sati dan tenang tidak menyebabkan masalah. Tidak ada pemikiran ataupun sensasi yang terjadi di dalam pikiran yang tenang mengakibatkan bahaya atau gangguan.


Beberapa orang tidak ingin mengalami pemikiran atau perasaan apa pun sama sekali, tapi ini terlalu berlebihan. Perasaan timbul di dalam keadaan tenang. Pikiran mengalami perasaan dan ketenangan pada saat yang sama, tanpa terganggu. Ketika ada ketenangan seperti ini, tidak ada akibat yang berbahaya. Masalah terjadi ketika “ayam” keluar dari “kandang.” Misalnya, anda mungkin memperhatikan napas yang masuk dan keluar kemudian melupakan diri anda sendiri, membiarkan pikiran berkeliaran menjauh dari napas, kembali ke rumah, pergi ke toko atau ke sejumlah tempat yang berbeda. Mungkin bahkan setengah jam berlalu sebelum anda tiba-tiba sadar anda seharusnya berlatih meditasi dan menegur diri anda karena kurangnya sati. Di sinilah anda harus benar-benar berhati-hati, karena di sinilah ayam keluar dari kandangnya – pikiran meninggalkan dasar ketenangannya.


Anda harus berhati-hati untuk mempertahankan kesadaran dengan sati dan mencoba menarik pikiran kembali. Meskipun saya menggunakan kata “menarik pikiran kembali,” sesungguhnya pikiran tidak benar-benar pergi ke mana pun, hanya objek kesadaran yang berubah. Anda harus membuat pikiran tetap berada di sini dan di saat ini. Selama ada sati, maka akan ada keberadaan pikiran. Kelihatannya seperti anda menarik pikiran kembali tetapi sebenarnya ia tidak pergi ke mana pun, ia hanya berubah sedikit. Sepertinya pikiran pergi ke sana dan kemari, tetapi sesungguhnya perubahan itu terjadi tepat di satu tempat. Ketika sati diperoleh kembali, dalam sekejap anda kembali dengan pikiran tanpa harus dibawa dari mana pun.


Ketika ada keadaan mengetahui yang menyeluruh, kesadaran yang terus-menerus dan tidak terputus di setiap saat, inilah yang disebut keberadaan pikiran. Jika perhatian anda lari dari napas ke tempat lain, maka keadaan mengetahui terputus. Setiap kali ada kesadaran terhadap napas, pikiran ada di sana. Hanya dengan napas dan kesadaran yang seimbang dan terus-menerus ini anda memiliki keberadaan pikiran.


Harus ada sati dan sampajañña. Sati adalah ingatan dan sampajañña adalah kesadaran diri. Sekarang anda dengan jelas menyadari napas. Latihan mengamati napas ini membantu sati dan sampajañña berkembang bersama. Mereka berbagi tugas. Memiliki sati dan sampajañña sama seperti memiliki dua pekerja untuk mengangkat papan kayu yang berat. Misalkan ada dua orang yang mencoba mengangkat papan yang berat, tetapi bobotnya begitu berat, mereka harus berusaha sangat keras, sampai hampir tak tertahankan. Kemudian ada orang lain, dijiwai dengan niat baik, melihat mereka dan bergegas membantu. Dengan cara yang sama, ketika ada sati dan sampajañña, maka paññā (kebijaksanaan) akan timbul di tempat yang sama untuk membantu. Kemudian mereka bertiga saling membantu.


Dengan paññā, akan ada pemahanan tentang objek-objek indra. Sebagai contoh, selama meditasi, objek-objek indra dialami yang menimbulkan perasaan dan suasana hati. Anda mungkin mulai memikirkan seorang teman, tetapi kemudian paññā harus segera membalas dengan “Tidak masalah,” “Berhenti” atau “Lupakan.” Atau jika ada pemikiran mengenai besok anda akan pergi ke mana, maka tanggapannya adalah, “Saya tidak tertarik, saya tidak mau menyibukkan diri saya dengan hal-hal semacam itu.” Mungkin anda mulai memikirkan orang lain, maka anda harus berpikir, “Tidak, saya tidak mau terlibat.” “Lepaskan saja,” atau “Itu semua tidak pasti dan tidak pernah pasti.” Beginilah bagaimana anda harus menghadapi hal-hal dalam meditasi, mengenali mereka sebagai “tidak pasti, tidak pasti,” dan mempertahankan kesadaran semacam ini.


Anda harus melepaskan semua pemikiran, percakapan dalam hati dan keragu-raguan. Jangan terjebak dalam hal-hal ini selama meditasi. Pada akhirnya, yang akan tersisa di dalam pikiran dalam bentuknya yang paling murni adalah sati, sampajañña, dan paññā. Setiap kali hal-hal ini melemah, keraguan akan timbul, tapi cobalah untuk mengabaikan keraguan itu secepatnya, menyisakan hanya sati, sampajañña, dan paññā. Cobalah untuk mengembangkan sati seperti ini sampai bisa dipertahankan setiap saat. Maka anda akan memahami sati, sampajañña, dan samādhi sepenuhnya.


Memusatkan perhatian pada titik ini akan ada sati, sampajañña, samādhi dan paññā bersama-sama. Apakah anda tertarik pada atau jijik dengan objek-objek indra eksternal, anda akan bisa mengatakan pada diri anda sendiri, “itu tidak pasti.” Bagaimanapun juga, semua itu hanyalah hambatan yang harus disingkirkan sampai pikiran menjadi bersih. Yang harus tersisa hanyalah sati – ingatan; sampajañña – kesadaran yang jernih; samādhi – pikiran yang teguh dan tak tergoyahkan; dan paññā – atau kebijaksanaan yang sempurna. Untuk saat ini saya hanya akan mengatakan sebanyak ini tentang topik meditasi.


Sekarang, mengenai alat atau sarana untuk latihan meditasi – harus ada mettā (niat baik) di dalam hati anda; dengan kata lain, kualitas kedermawanan, kebaikan dan rasa tolong-menolong. Hal-hal ini harus dipertahankan sebagai fondasi bagi kemurnian mental. Sebagai contoh, mulailah menyingkirkan lobha, atau keegoisan, dengan cara memberi. Ketika orang egois, mereka tidak bahagia. Keegoisan menyebabkan rasa tidak puas, namun orang-orang cenderung menjadi sangat egois tanpa menyadari bagaimana hal itu mempengaruhi mereka.


Anda bisa mengalami hal ini kapan saja, terutama saat anda sedang lapar. Misalkan anda mendapatkan beberapa apel dan anda mempunyai kesempatan untuk membagikannya dengan seorang teman; anda memikirkannya sejenak, dan, tentu saja, niat untuk memberi ada, tapi anda ingin memberikan yang lebih kecil. Memberikan yang lebih besar akan... yah, sangat disayangkan. Sulit untuk berpikir jernih. Anda memberi tahu mereka silahkan dan ambillah satu, tetapi kemudian anda mengatakan, “Ambil yang ini!” dan memberi mereka apel yang lebih kecil! Ini adalah salah satu bentuk keegoisan yang biasanya tidak disadari orang. Pernahkan anda seperti ini?


Anda benar-benar harus menentang kebiasaan untuk memberi. Meskipun anda mungkin sebenarnya hanya ingin memberikan apel yang lebih kecil, anda harus memaksakan diri untuk memberikan yang lebih besar. Tentu saja, setelah anda memberikannya kepada teman anda, anda merasa baik di dalam diri. Melatih pikiran dengan menentang kebiasaan dengan cara ini memerlukan disiplin diri – anda harus tahu bagaimana cara memberi dan bagaimana cara melepaskan, tidak membiarkan keegoisan melekat. Setelah anda mempelajari bagaimana cara memberi, jika anda masih ragu-ragu tentang buah mana yang harus diberi, maka saat anda sedang mempertimbangkannya anda akan merasa kesulitan, dan meskipun anda memberikan yang lebih besar, masih akan ada rasa enggan. Tetapi begitu anda dengan tegas memutuskan untuk memberikan yang lebih besar, persoalannya berakhir dan selesai. Ini adalah menentang kebiasaan dengan cara yang benar.


Dengan melakukan hal ini, anda memenangkan penguasaan atas diri anda sendiri. Jika anda tidak bisa melakukannya, anda akan menjadi korban dari diri anda sendiri dan terus menjadi egois. Kita semua pernah menjadi egois di masa lalu. Ini adalah kekotoran batin yang perlu di singkirkan. Dalam kitab suci Pāli, memberi disebut “dāna,” yang berarti membawa kebahagiaan kepada orang lain. Ini adalah salah satu kondisi yang membantu menyucikan pikiran dari kekotoran batin. Renungkanlah hal ini dan kembangkan dalam latihan anda.


Anda mungkin berpikir bahwa berlatih seperti ini memerlukan memburu diri anda sendiri, tetapi sebenarnya bukan. Sesungguhnya, ini adalah memburu nafsu keinginan dan kekotoran batin. Jika kekotoran batin timbul di dalam diri anda, anda harus melakukan sesuatu untuk menyembuhkannya. Kekotoran batin itu seperti kucing liar. Jika Anda memberinya makanan sebanyak yang ia inginkan, ia akan selalu datang untuk mencari makanan lebih banyak lagi, tetapi jika anda berhenti memberinya makan, setelah beberapa hari ia akan berhenti datang. Sama halnya dengan kekotoran batin, mereka tidak akan datang mengganggu anda, mereka akan meninggalkan pikiran anda dengan tenang. Jadi daripada takut pada kekotoran batin, buatlah kekotoran batin takut pada anda. Untuk membuat kekotoran batin takut pada anda, anda harus melihat Dhamma di dalam pikiran anda.


Di manakah Dhamma timbul? Dhamma timbul dengan pengetahuan dan pemahaman kita dengan cara ini. Semua orang mampu mengetahui dan memahami Dhamma. Dhamma bukanlah sesuatu yang harus ditemukan di dalam buku, anda tidak perlu melakukan banyak studi untuk melihatnya, cukup renungkan sekarang juga dan anda bisa memahami apa yang saya bicarakan. Semua orang bisa melihatnya karena Dhamma ada di dalam hati kita. Semua orang mempunyai kekotoran batin, bukan? Jika anda bisa melihatnya, maka anda bisa mengerti. Di masa lalu, anda telah merawat dan memanjakan kekotoran batin anda, tetapi sekarang anda harus mengetahui kekotoran batin anda dan tidak membiarkannya datang dan mengganggu anda.


Bagian latihan berikutnya adalah pengendalian moral (sīla). Sīla mengawasi dan memelihara latihan dengan cara yang sama seperti orang tua yang merawat anak-anak mereka. Menjaga pengendalian moral tidak hanya berarti menghindari mencelakai orang lain tetapi juga membantu dan menyemangati mereka. Setidaknya anda harus menjaga lima sīla, yaitu:

1. Bukan hanya tidak membunuh atau dengan sengaja mencelakai orang lain, tetapi juga menyebarkan niat baik kepada semua makhluk.

2. Jujur, menahan diri untuk tidak melanggar hak-hak orang lain, dengan kata lain, tidak mencuri.

3. Mengetahui moderasi dalam hubungan seksual: Dalam kehidupan rumah tangga terdapat struktur keluarga, yang terdiri dari suami dan istri. Ketahui siapa suami atau istri anda, ketahuilah moderasi, ketahuilah batas-batas yang pantas dalam aktivitas seksual. Beberapa orang tidak mengetahui batasannya. Satu suami atau istri tidak cukup, mereka harus punya yang kedua atau ketiga. Menurut saya, anda bahkan tidak bisa menikmati satu pasangan sepenuhnya, jadi memiliki dua atau tiga jelas hanya pemanjaan diri. Anda harus berusaha membersihkan pikiran dan melatihnya untuk mengetahui moderasi. Mengetahui moderasi adalah kemurnian sejati, tanpanya tidak ada batasan terhadap perilaku anda. Ketika menyantap makanan lezat, jangan terlalu memikirkan bagaimana rasanya, pikirkan perut anda dan pertimbangkan berapa banyak yang sesuai dengan kebutuhannya. Jika anda makan terlalu banyak, anda akan mendapat masalah, jadi anda harus tahu moderasi. Moderasi adalah cara terbaik. Satu pasangan saja sudah cukup, dua atau tiga adalah pemanjaan diri dan hanya akan menyebabkan masalah.

4. Jujur dalam berbicara – ini juga merupakan alat untuk memberantas kekotoran batin. Anda harus jujur dan lugas, mengatakan dengan lengkap yang sebenarnya dan bersikap adil.

5. Menahan diri dari mengonsumsi zat-zat adiktif. Anda harus tahu pengendalian diri dan lebih memilih melepaskan hal-hal ini sepenuhnya. Orang-orang sudah cukup dimabukkan dengan keluarga mereka, saudara dan teman, harta benda, kekayaan dan semua yang lainnya. Itu sudah cukup tanpa memperburuk keadaan dengan mengonsumsi zat-zat adiktif. Hal-hal ini hanya menciptakan kegelapan di dalam pikiran. Mereka yang mengonsumsi dalam jumlah yang banyak harus berusaha untuk secara bertahap mengurangi dan akhirnya berhenti sepenuhnya.


Mungkin saya harus minta maaf kepada kalian, tetapi saya berbicara dengan cara seperti ini adalah demi kebaikan kalian, agar kalian bisa mengerti apa yang baik. Kalian perlu tahu apa itu apa. Hal-hal apa saja yang menindas anda dalam kehidupan anda sehari-hari? Perbuatan apa yang menyebabkan penindasan ini? Perbuatan baik membawa hasil yang baik dan perbuatan buruk membawa hasil yang buruk. Inilah penyebabnya.


Setelah pengendalian moral sudah murni, akan ada rasa kejujuran dan kebaikan terhadap orang lain. Ini akan menghasilkan kepuasan dan kebebasan dari kekhawatiran dan penyesalan. Penyesalan yang diakibatkan dari perilaku yang agresif dan menyakitkan tidak akan ada lagi. Ini adalah suatu bentuk kebahagiaan. Ini hampir seperti keadaan surgawi. Ada kenyamanan, anda makan dan tidur dalam kenyamanan dengan kebahagiaan yang timbul dari pengendalian moral. Inilah hasilnya; menjaga pengendalian moral adalah penyebabnya. Ini adalah prinsip praktik Dhamma – mengendalikan diri dari perbuatan buruk agar kebaikan bisa timbul. Jika pengendalian moral dijaga dengan cara ini, kejahatan akan hilang dan kebaikan akan timbul sebagai gantinya. Inilah hasil dari praktik benar.


Tapi ini bukanlah akhir dari cerita. Setelah orang mencapai sedikit kebahagiaan mereka cenderung menjadi lalai dan tidak melanjutkan latihan lebih jauh lagi. Mereka terjebak dalam kebahagiaan. Mereka tidak ingin berkembang lebih jauh lagi, mereka lebih memilih kebahagiaan “surgawi.” Memang nyaman tetapi tidak ada pemahaman yang sejati. Anda harus terus merenung agar tidak teperdaya. Merenung lagi dan lagi tentang kerugian- kerugian dari kebahagiaan ini. Kebahagiaan ini bersifat sementara, kebahagiaan ini tidak bertahan selamanya. Segera anda akan terpisah darinya. Itu bukanlah hal yang pasti; setelah kebahagiaan menghilang maka penderitaan timbul sebagai gantinya dan air mata datang lagi. Bahkan makhluk-makhluk surgawi pun pada akhirnya menangis dan menderita.


Oleh karena itu Sang Buddha mengajarkan kita untuk merenungkan kekurangan-kekurangan dari kebahagiaan, bahwa ada sisi yang tidak memuaskan padanya. Biasanya ketika kebahagiaan semacam ini dialami, tidak ada pemahaman sejati yang ada padanya. Ketenangan yang benar-benar pasti dan abadi ditutupi oleh kebahagiaan yang menipu ini. Kebahagiaan ini bukanlah suatu jenis ketenangan yang pasti atau permanen, melainkan suatu bentuk kekotoran batin, bentuk kekotoran batin yang halus yang kita lekati. Semua orang suka menjadi bahagia. Kebahagiaan timbul karena kesukaan kita terhadap sesuatu. Segera setelah kesukaan itu berubah menjadi tidak suka, penderitaan timbul. Kita harus merenungkan kebahagiaan ini untuk melihat ketakpastian dan keterbatasannya. Begitu hal-hal berubah, penderitaan timbul. Penderitaan ini juga tidak pasti; jangan mengira bahwa penderitaan itu tetap atau mutlak. Perenungan semacam ini disebut ādīnavakathā, perenungan terhadap kekurangan dan keterbatasan dunia yang berkondisi. Ini berarti merenungkan kebahagiaan daripada menerimanya begitu saja. Melihat bahwa kebahagiaan itu tidak pasti, anda tidak boleh melekat erat padanya. Anda harus memegangnya tetapi kemudian melepaskannya, melihat manfaat dan bahaya dari kebahagiaan. Untuk bermeditasi dengan terampil, anda harus melihat kekurangan yang terkandung di dalam kebahagiaan. Merenunglah dengan cara ini. Ketika kebahagiaan timbul, renungkanlah dengan saksama sampai kekurangan-kekurangannya menjadi jelas.


Ketika anda melihat bahwa hal-hal tidak sempurna (dukkha), hati anda akan memahami nekkhammakathā, perenungan terhadap kebebasan dari keduniawian. Pikiran akan menjadi tidak tertarik dan mencari jalan keluar. Ketidaktertarikan muncul karena telah melihat bagaimana bentuk-bentuk itu sebenarnya, bagaimana cita rasa itu sebenarnya, bagaimana cinta dan kebencian itu sebenarnya. Ketidaktertarikan maksudnya adalah bahwa tidak ada lagi keinginan untuk melekat pada atau terikat pada hal-hal. Ada penarikan diri dari kemelekatan, sampai pada titik di mana anda bisa berdiam dengan nyaman, mengamati dengan keseimbangan batin yang bebas dari keterikatan. Inilah ketenangan yang timbul dari latihan.

Diterjemahkan oleh: Jayananda Gotama

bottom of page