top of page

Sebuah Hadiah Dhamma - bab II | Bodhinyana

Updated: Jan 21, 2022


Sebuah ceramah yang disampaikan kepada pertemuan para Bhikkhu, Sāmaṇera, dan umat awam Barat di Bung Wai Forest Monastery, Ubon, pada tanggal 10 Oktober, 1977. Ceramah ini dipersembahkan kepada orang tua dari salah satu Bhikkhu di kesempatan kunjungan mereka dari Prancis



Saya bahagia anda sudah mengambil kesempatan ini untuk datang dan mengunjungi Wat Pah Pong, dan mengunjungi anak anda yang adalah seorangbhikkhu di sini, namun saya minta maaf saya tidak mempunyai hadiah untuk diberikan kepada anda. Perancis sudah mempunyai banyak sekali hal-hal materiel, tapi Dhamma hanya ada sedikit. Sudah pernah ke sana dan melihat sendiri, tidak ada Dhamma di sana yang dapat menuntun ke kedamaian dan ketenangan. Hanya ada hal-hal yang terus-menerus membuat pikiran orang bingung dan gelisah. Perancis sudah makmur secara materi, mempunyai begitu banyak hal untuk ditawarkan yang memikat secara sensual – pemandangan, suara, bau, rasa dan tekstur. Akan tetapi, orang yang tidak tahu Dhamma hanya menjadi bingung oleh mereka. Jadi hari ini saya akan memberikan anda Dhamma untuk dibawa pulang ke Perancis sebagai sebuah hadiah dari Wat Pah Pong dan Wat Pah Nanachat. Apa itu Dhamma? Dhamma adalah apa yang dapat memotong masalah-masalah dan kesulitan manusia, secara bertahap menguranginya sampai nol. Itulah yang disebut Dhamma dan itulah yang harus dipelajari sepanjang kehidupan kita sehari-hari agar pada saat kesan-kesan mental timbul di dalam diri kita, kita akan mampu menghadapinya dan melampauinya. Masalah adalah hal yang biasa bagi kita semua apakah tinggal di sini di Thailand atau di negara lain. Jika kita tidak tahu bagaimana menyelesaikannya, kita akan selalu menjadi subjek penderitaan dan kesusahan. Apa yang menyelesaikan masalah adalah kebijaksanaan dan untuk memiliki kebijaksanaan kita harus mengembangkan dan melatih pikiran.


Subjek latihan tidak jauh sama sekali, ia tepat berada di sini di dalam tubuh dan pikiran kita. Orang Barat dan orang Thailand sama saja, mereka memiliki tubuh dan pikiran. Tubuh dan pikiran yang bingung berarti orang yang bingung dan tubuh dan pikiran yang damai adalah orang yang damai.


Sebenarnya, pikiran, seperti air hujan, murni dalam keadaan alaminya. Namun, jika kita meneteskan warna hijau ke dalam air hujan yang jernih, ia akan berubah menjadi hijau. Jika kita meneteskan kuning, ia menjadi kuning.


Pikiran bereaksi dengan cara yang sama. Ketika kesan mental yang nyaman “menetes” ke dalam pikiran, pikiran menjadi nyaman. Ketika kesan mentalnya tidak nyaman, pikiran menjadi tidak nyaman. Pikiran menjadi “keruh” sama seperti air berwarna.


Ketika air jernih berhubungan dengan warna kuning, ia menjadi kuning. Ketika ia berhubungan dengan warna hijau, ia berubah menjadi hijau. Ia akan berubah warna setiap saat. Sebenarnya, air yang berwarna hijau atau kuning itu aslinya bersih dan jernih. Begitu juga dengan keadaan alami pikiran, bersih dan murni dan tidak bingung. Ia menjadi bingung hanya karena ia mengejar kesan-kesan mental; ia tersesat dalam suasana hatinya!


Biarkan saya jelaskan lebih jelas. Saat ini kita sedang duduk di dalam hutan yang tenang. Di sini, jika tidak ada angin, daun tetap diam. Ketika angin berhembus, ia mengepak dan berkibar. Pikiran mirip dengan daun itu. Ketika ia berhubungan dengan kesan indra, ia juga, “mengepak dan berkibar” sesuai dengan sifat kesan indra itu. Dan semakin sedikit kita tahu Dhamma, semakin pikiran akan terus mengejar kesan-kesan mental. Merasa bahagia, ia menyerah pada kebahagiaan. Merasa menderita, ia menyerah pada penderitaan. Ini kebingungan terus-menerus!


Pada akhirnya orang-orang menjadi neurotik. Kenapa? Karena mereka tidak tahu! Mereka hanya mengikuti suasana hati mereka dan tidak tahu bagaimana menjaga pikiran mereka sendiri. Ketika pikiran tidak ada yang menjaganya, ia seperti seorang anak kecil tanpa ibu atau ayah yang menjaganya. Seorang anak yatim piatu tidak memiliki perlindungan dan, tanpa sebuah perlindungan, ia sangat gelisah.


Demikian juga jika pikiran tidak dijaga, jika tidak ada pelatihan atau pematangan karakter dengan pengertian benar, ini benar-benar merepotkan.


Metode latihan pikiran yang akan saya berikan kepada anda hari ini adalah kammaṭṭhāna.Kamma berarti “tindakan” dan “ṭhāna” berarti “dasar”. Dalam Agama Buddha ini adalah metode membuat pikiran damai dan tenang. Ini untuk anda gunakan dalam melatih pikiran dan dengan pikiran yang terlatih menyelidiki tubuh.


Keberadaan kita terdiri dari dua bagian: satu adalah tubuh dan satu lagi, pikiran. Hanya ada dua bagian ini. Apa yang disebut “tubuh” adalah yang bisa dilihat dengan mata fisik kita. “Pikiran”, di sisi lain, tidak memiliki aspek fisik. Pikiran hanya bisa dilihat dengan “mata internal” atau “mata pikiran”. Dua hal ini, tubuh dan pikiran, berada dalam keadaan kacau yang sinambung.


Apa itu pikiran? Pikiran bukanlah apa pun. Berbicara secara konvensional, ia adalah apa yang merasa. Apa yang merasakan, menerima dan mengalami semua kesan mental disebut “pikiran”. Tepat pada saat ini ada pikiran. Saat saya berbicara kepada anda, pikiran mengakui apa yang saya katakan. Suara masuk melalui telinga dan anda tahu apa yang sedang dikatakan. Yang mengalami ini disebut “pikiran”.


Pikiran ini tidak memiliki diri atau substansi apa pun. Ia tidak memiliki bentuk apa pun. Ia hanya mengalami aktivitas mental, itu saja! Jika kita mengajari pikiran ini untuk memiliki pandangan benar, pikiran ini tidak akan memiliki masalah apa pun. Ia akan berada dalam ketenangan.


Pikiran adalah pikiran. Objek mental adalah objek mental. Objek mental bukanlah pikiran, pikiran bukanlah objek mental. Untuk memahami dengan jelas pikiran kita dan objek mental di dalam pikiran kita, kita katakan bahwa pikiran adalah yang menerima objek mental yang muncul di dalamnya.


Ketika dua hal ini, pikiran dan objeknya, saling berhubungan, mereka menimbulkan perasaan. Ada yang baik, ada yang buruk, ada yang dingin, ada yang panas, segala macam! Namun, tanpa kebijaksanaan untuk menangani perasaan-perasaan ini, pikiran akan terganggu.


Meditasi adalah cara untuk mengembangkan pikiran agar ia bisa menjadi sebuah dasar bagi timbulnya kebijaksanaan. Di sini napas adalah pondasi fisik. Kita menyebutnya ānāpānasati atau “perhatian penuh terhadap pernapasan”. Di sini kita menjadikan pernapasan sebagai objek mental kita. Kita mengambil objek meditasi ini karena ini adalah yang paling sederhana dan karena ini telah menjadi inti meditasi sejak zaman kuno.


Ketika kesempatan baik muncul untuk melakukan meditasi duduk, duduk bersila: kaki kanan di atas kaki kiri, tangan kanan di atas tangan kiri. Jaga punggung anda tetap lurus dan tegak. Katakan pada diri anda sendiri, “Sekarang saya akan melepaskan semua beban dan kekhawatiran saya”. Anda tidak menginginkan apa pun yang akan membuat anda khawatir. Lepaskan semua kekhawatiran untuk saat ini.


Sekarang tetapkan perhatian anda pada napas. Lalu tarik napas dan hembuskan napas. Dalam pengembangan kesadaran terhadap pernapasan, jangan dengan sengaja membuat napas panjang atau pendek. Jangan pula membuatnya kuat atau lemah. Biarkan saja napas mengalir dengan normal dan alami. Perhatian penuh dan kesadaran diri, timbul dari pikiran, akan tahu napas masuk dan napas keluar.


Tenanglah. Jangan pikirkan apa pun. Tidak perlu memikirkan ini atau itu. Satu-satunya hal yang harus anda lakukan adalah menetapkan perhatian anda pada napas masuk dan napas keluar. Anda tidak perlu melakukan apa pun selain itu! Pertahankan perhatian anda tetap pada napas masuk dan napas keluar saat mereka berlangsung. Sadarilah permulaan, pertengahan dan akhir setiap napas. Pada saat menarik napas, awal napas ada di ujung hidung, pertengahan ada di jantung, dan akhir di dalam perut. Pada saat menghembuskan napas, ini kebalikannya saja: awal napas di dalam perut, pertengahan ada di jantung, akhir ada di ujung hidung. Kembangkan kesadaran terhadap napas: 1, di ujung hidung; 2, di jantung; 3, di dalam perut. Kemudian kebalikannya; 1, di dalam perut; 2, di jantung; dan 3, di ujung hidung.


Memusatkan perhatian pada 3 poin ini akan membebaskan semua kekhawatiran. Jangan pikirkan apa pun! Pertahankan perhatian anda pada napas. Mungkin pikiran-pikiran lain akan masuk ke pikiran, dan ia akan menggantikan tema-tema lain dan mengganggu anda. Jangan khawatir. Ambil saja lagi pernapasan sebagai objek perhatian anda. Pikiran mungkin terjebak dalam menilai dan menyelidiki suasana hati anda, tapi teruslah berlatih, dengan terus-menerus menyadari awal, pertengahan, dan akhir setiap napas.


Pada akhirnya, pikiran akan menyadari napas di tiga poin ini setiap waktu. Ketika anda melakukan latihan ini selama beberapa waktu, pikiran dan tubuh akan terbiasa dengan latihan ini. Rasa lelah akan hilang. Tubuh akan terasa ringan dan napas akan menjadi semakin halus. Perhatian penuh dan kesadaran diri akan melindungi pikiran dan mengawasinya.


Kita berlatih seperti ini sampai pikiran menjadi damai dan tenang, sampai ia menjadi satu. Satu berarti bahwa pikiran akan sepenuhnya terserap dalam pernapasan, bahwa ia tidak terpisah dari napas. Pikiran akan tenang dan tidak bingung. Ia akan tahu awal, pertengahan dan akhir napas dan tetap terpusat padanya.


Kemudian saat pikiran damai, kita tetapkan perhatian kita pada napas masuk dan napas keluar di ujung hidung saja. Kita tidak harus mengikutinya naik dan turun ke perut dan balik. Cukup konsentrasi di ujung hidung di mana napas masuk dan keluar.


Ini disebut “menenangkan pikiran”, membuatnya santai dan tenang. Ketika ketenangan timbul, pikiran berhenti; ia berhenti dengan objek tunggalnya, napas. Inilah apa yang dikenal sebagai membuat pikiran tenang agar kebijaksanaan bisa timbul.


Ini adalah permulaan, pondasi dari latihan kita. Anda harus mencoba untuk berlatih ini setiap hari, di mana pun anda berada. Apakah di rumah, di dalam mobil, berbaring atau duduk, anda harus sadar penuh perhatian dan mengawasi pikiran terus-menerus.


Ini disebut latihan mental dan harus diterapkan dalam keempat postur. Bukan hanya duduk, tapi juga berdiri, berjalan dan juga berbaring. Intinya adalah kita harus tahu keadaan pikiran di setiap saat, dan, untuk dapat melakukan ini, kita harus selalu penuh perhatian dan sadar. Apakah pikiran bahagia atau menderita? Apakah ia bingung? Apakah ia tenang? Mengenal pikiran dengan cara ini memungkinkan ia menjadi tenang, dan ketika ia menjadi tenang, kebijaksanaan akan timbul.


Dengan pikiran yang tenang, selidiki subjek meditasi yaitu tubuh – dari ujung kepala sampai ke telapak kaki, kemudian balik ke kepala. Lakukan ini berulang-ulang. Lihatlah kesā – rambut kepala, lomā – bulu roma, nakhā kuku, dantā gigi dan taco kulit. Di dalam meditasi ini kita akan melihat bahwa seluruh tubuh ini terdiri dari empat “elemen”: tanah, air, api dan angin.


Bagian tubuh kita yang keras dan padat membentuk elemen tanah; bagian yang cair dan mengalir adalah unsur air. Angin yang melewati atas dan bawah tubuh kita membentuk elemen angin, dan panas di dalam tubuh kita adalah elemen api.


Bersama-sama, mereka membentuk apa yang kita sebut seorang “manusia”. Akan tetapi, ketika tubuh diuraikan menjadi bagian-bagian komponennya, hanya empat elemen ini yang tersisa. Sang Buddha mengajarkan bahwa “makhluk” itu sendiri tidak ada, tidak ada manusia, tidak ada orang Thailand, tidak ada orang Barat, tidak ada orang, tapi pada akhirnya, hanya ada empat elemen ini – itu saja! Kita berasumsi bahwa ada seseorang atau “makhluk” tetapi, pada kenyataannya, tidak ada hal semacam itu.


Apakah dianggap secara terpisah sebagai tanah, air, api dan angin atau dianggap bersama-sama melabeli apa yang mereka bentuk sebagai seorang “manusia”, mereka semua tidak kekal (aniccaṃ), tunduk pada penderitaan (dukkhaṃ) dan tiada-aku (anattā). Mereka semua tidak stabil, tidak pasti dan dalam keadaan perubahan terus-menerus – tidak stabil bahkan untuk sesaat!


Tubuh kita tidak stabil dan berubah terus-menerus. Rambut berubah, kuku berubah, gigi berubah, kulit berubah – semuanya berubah-ubah, sepenuhnya! Pikiran kita, juga, selalu berubah-ubah. Ia bukanlah suatu diri atau substansi. Ia bukan benar-benar “kita”, bukan benar-benar “mereka”, meskipun ia mungkin berpikir demikian. Mungkin ia akan berpikir untuk membunuh dirinya sendiri. Mungkin ia akan berpikir tentang kebahagiaan atau penderitaan – segala macam hal! Ia tidak stabil. Jika kita tidak mempunyai kebijaksanaan dan kita mempercayai pikiran kita ini, ia akan terus menipu kita. Dan kita menderita dan bahagia secara bergantian.


Pikiran ini adalah suatu hal yang tidak pasti. Tubuh ini tidak pasti. Bersama-sama mereka tidak permanen. Bersama-sama mereka adalah sumber penderitaan. Bersama-sama mereka tiada-aku. Ini, yang Sang Buddha tunjukkan, bukanlah suatu makhluk, atau seseorang, atau diri, atau jiwa, atau kita, atau mereka. Mereka hanyalah elemen: tanah, air, api dan angin. Hanya elemen!


Ketika pikiran melihat ini, ia akan melepaskan dirinya dari kemelekatan yang menganggap bahwa “aku” cantik, “aku” baik, “aku” jahat, “aku” menderita, “aku” punya, “aku” ini atau “aku” itu. Anda akan mengalami keadaan kesatuan, karena anda akan melihat bahwa semua umat manusia pada dasarnya sama. Tidak ada “aku”. Hanya ada elemen.


Ketika anda merenung dan melihat ketidakkekalan, penderitaan dan tiada-aku, tidak akan ada lagi kemelekatan pada diri, makhluk, aku atau dia. Pikiran yang melihat ini akan memunculkan nibbidā, kekecewaan dan kejemuan. Ia akan melihat semua hal hanya sebagai tidak kekal, penderitaan dan tiada-aku.


Pikiran kemudian berhenti. Pikiran adalah Dhamma. Keserakahan, kebencian dan delusi kemudian akan berkurang dan surut sedikit demi sedikit sampai akhirnya hanya ada pikiran – hanya pikiran murni. Ini disebut “berlatih meditasi”.


Dengan demikian, saya minta anda untuk menerima hadiah Dhamma ini yang saya tawarkan untuk anda pelajari dan renungkan dalam kehidupan anda sehari-hari. Mohon terima ajaran Dhamma ini dari Wat Pah Pong dan Wat Pah Nanachat sebagai sebuah warisan yang diturunkan kepada anda. Semua bhikkhu di sini, termasuk anak anda, dan semua guru, memberikan anda sebuah persembahan Dhamma ini untuk dibawa pulang ke Perancis bersama anda. Dhamma akan menunjukkan anda jalan ke ketenangan pikiran, ia akan membuat pikiran anda tenang dan tidak bingung. Tubuh anda mungkin dalam kekacauan, tapi pikiran anda tidak akan. Mereka yang di dunia mungkin bingung, tapi anda tidak akan. Meskipun ada kebingungan di negara anda, anda tidak akan bingung karena pikiran akan melihat, pikiran adalah Dhamma. Ini adalah jalan yang benar, jalan yang tepat.

Semoga anda mengingat ajaran ini di masa depan.

Semoga anda baik-baik saja dan bahagia.



Diterjemahkan oleh: Jayananda Gotama

bottom of page